Friday, January 29, 2016

Pembrontakan Boxer di China



Pemberontakan Boxer merupakan sebuah titik kulminasi dari kekecewaan masyarakat China terhadap masuknya bangsa asing ke dalam wilayahnya yang telah menyebakan China sebagai bangsa yang terhina, apalagi sejak kekalahan China dalam Perang Opium I (1839-1842). China terus berkurang wilayah kedaulatanya karena dirongrong oleh para bangsa asing yang seolah-olah membagi wilayah China sesuka hati mereka yang menimbulkan sentimen kuat anti asing dalam masyarakat China. Selain itu kehidupan politik, sosial dan ekonomi mengalami kemerosotan tajam sejak masuknya orang-orang asing tersebut

Sikap anti asing oleh masyarakat China ini lalu berubah menjadi sikap anti Keristen, karena bangsa-bangsa asing di china sangat getol menyebarkan agama Keristen di China sehingga mereka menganggap orang-orang china yang beragama Keristen sebagai bagian dari orang asing yang harus dimusnahkan dan diusir dari China.

Faktor- Faktor timbulnya Pembrontakan Boxer
Sikap Anti asing
Pembrontakan ini sejak awal dipicu oleh sikap anti asing masyarakat China, lebih-lebih masyarakat menganggap segala kekacauan yang terjadi di China baik kekacauan politik, sosil dan ekonomi serta terjadinya berbagai bencana alam di China karena disebabkan masuknya orang-orang asing ke negara tersebut. Masuknya bangsa Asing dianggap sebagai sebuag kehilangan kedaulatan China, apalagi semenjak kekalahan dalam Perang Candu I, yang menimbulkan keinginan mengusir bangsa asing dari negara tersebut. 
Perasaan anti asing juga bertambah akibat dari perkembangan imperialisme asing pada tahun 1890-an terutamanya selepas kekalahan China dalam Perang China-Jepang 1894-1895. Yang membuat seolah para bangsa asing membagi sesuka hati wilayah China sesuka hatinya sehingga hilangnya kedaulatan wilayah negara tersebut
China juga sangat membenci tindakan-tindakan bangsa asing di China yang melindungi para buronan-buronan pemerintah seperti Inggris telah membantu pelarian seorang penjahat bernama Kung Yu Wei dan Liang Chih Chao dengan mengizinkanya tinggal di Hong Kong dan kemudian mendapat perlindungan di Jepang. 
Sikap anti asing lalu berubah menjadi sentimen keagamaan karena bangsa-bangsa barat di China selain berdagan dan menguasai wilayah China mereka juga menyebarkan agama Keristen. Apalagi setelah perjanjian Whampao (1844) dan Konvensi Peking (1860) yang memberikan kebebasan dan perlindungan pada misionaris-misionaris Keristen sehingga orang-orang China beranggapan bahwa orang China yang telah memeluk Keristen telah “murtad” dari kepercayaan dan falsafah orang-orang China yang berasaskan Confucianisme. Sehingga orang-orang China Keristen sama dengan orang-orang asing yang merupakan musuh utama bangsa China saat itu

Dukungan dari Istana dan Pegawai Pemerintah
Pembrontakn ini mendapat dukungan dari kalangan istana yang dipimpin oleh Maharani Dowager Tzu Hsi yang merupakan faktor penting meletusnya Pembrontakan Boxer. Maharani yang menyadari Dinasti Qing tidak mampu mengalahkan orang-orang asing yang telah merongrong kedaulatan China berpendapat untuk mengalihkan perhatian rakyat agar tak menyalahkan Kerajaan Manchu, mendukung gerakan-gerakan anti asing di kalangan masyarakat Cina.
Selain itu juga ada dukungan dari pegawai-pegawai Dinasti Qing seperti Gubenur Shantung Li Ping Heng dan kemudian Yu Hsien serta pegawai-pegawai lainya seperti Putera Tuan, Putera Chuan, Kang I dan Yu Lu. Sehingga tidak aneh jika pembrontakan Boxer ini dimulai dari wilayah Shantung. Selain 

Bencana alam
Pada tahun 1890-an China mengalami berbagai bencana alam besar seperti kemarau panjang yang terjadi di sekitar Sungai Yangtze dan di beberapa wilayah Utara lainya. Pada 1898, banjir besar melanda kawsan Hwang Ho. Pada tahun yang sama, kelaparan besar melnada kota Shantung. Orang-orang China menganggap berbagai bencana tersebut terjadi karena kemarahan dewa khususnya dewa tanah karena sikap orang –orang asing yang telah memusnahkan tempat kuil-kuil sebagai kediaman dewa sehingga menimbulkan kemarahan dewa. Untuk mencegah dan menhilangkan bencana-bencana tersebut maka orang-orang ini menganggap perlu mengusir orang-orang asing tersebut.

Pemerintahan yang lemah 
Pada akhir abad ke-19 Pemerintah China dianggap lemah karena dinggap gagal dalam upayanya membendung masuknya bangsa barat kedalam negara tersebut yang terus merongrong kedaulatan China dibawah pemerintahan Dinasti Qing. Hal ini dibuktikan dengan kekalahan mengahadapi Tentara Inggris dan eropa lainya dalam Perang Candu I (1839-1842) dan Perang Candu II (1856-1860) serta juga tidak mampu memadamkan pembrontakn dalam Perang Taiping (1851-1864) kecuali setelah mendapat bantuan negara-negara barat, serta kekalahan dari Jepang dalam Perang China-Jepang I (1894-1895). Lemahnya pemerintahan China saat itu menganggap ini adalah saatnya membnatu pemerintah memulihkan lagi keadaan China dengan mengusir para orang asing.

Sikap Anti Manchu
Faktor lain pendorong pembrontakan ini adalah sikap anti Manchu, Dinasti Qing yang memerintah China saat itu adalah berasal dari Suku Manchuria yang berasal dari Daerah timur laut China yang merupakan minoritas dari populasi China yang berasal dari etnis Han. Sikap Anti Manchu ini mereka wujudkan dalam slogan perjuangan mereka ialah “Gulingkan Manchu dan Usir Orang Asing” karena dua tokoh ini lah yang mereka nilai sebagai penyebab krisis yang terjadi di China saat itu. Namun pada tahun 1890-an, sikap mereka berubah menjadi pro Manchu dan anti asing di mana slogan mereka berubah jadi “Lindungi Manchu dan Usir Orang Asing” , karena adanya dukungan dari kalangan istana terhadap gerakan ini.

Munculnya Kongsi-Kongsi gelap
Pada tahun 1890-an muncul oragnisasi –organisasi bawah tanah seperti White Lotus Society, Big Sword Society, Eight Diagrams dan sebagainya. Organisai-organisasi gelap ini kemudian bergabung menjadi penyokong utama pembrontakan Boxer yang dikenali sebagai I Ho Tuan dan kemudiannya I Ho Chuan yang bertujuan untuk menciptakan persatuan, keadilan dan kedamaian bagi masyarakat China

Jalanya Pembrontakan Boxer
Pemberontakan Boxer mendapat nama daripada sekumpulan pemuda-pemudi daripada Shandong membentuk kumpulan seni-bela diri yang dikenali sebagai The Society of Righteous and Harmonious Fists . Kebangkitan pembrontakan Boxer bermula pada tanggal 1 November 1897,  ketika sekumpulan anggota Boxer yang berjumlah sekitar 20 hingga 30 orang telah menyerang seorang misionaris Keristen berkebangsaan Jerman, bernama George Stenz di Kota Shandong. Kejadian itu menyebabkan terbunuhnya George Stenz dan dua misionaris lainya.

Berita pembunuhan tersebut lantas sampai ke telinga pemerintah Jerman, Kaisar Wilhelm II. Setelah mendengar berita tersebut Kaisar Wilhelm II memerintahkan Skuadron pasukan Jerman di Asia Timur untuk menyerang China kemudian mereka menduduki Shandong. 

Meskipun Tentara Jerman berhasil menduduki shandong, namun perlawanan dari Pembrontak Boxer tak berhenti begitu saja malah lebih hebat lagi daripada sebelumnya. Dibawah pimpinan Jenderal Dong Fuxiang Pasukan Boxer berhasil meraih kemenangan demi kemenangan setelah berhasil membebaskan Shandong dari orang-orang barat pada tahun 1898 di Shandong, tempat di mana mereka mengawali pembrontakan dengan menyerang orang-orang keristen China. Kemudian melanjutkan memperluas serangan menuju ke Chihli, Shansi dan Manchuria. Mereka memusnahkan gereja-gereja dan jalan-jalan keretapi. Pada Mei 1900, Boxer telah membunuh 68 orang Keristen Cina dan membakar 75 buah gereja. Pada 14 Juni 1900, anggota-anggota Boxer tiba di Peking dalam usaha untuk mengusir orang-orang asing dari negara mereka itu. Banyak Tionghoa Kristen, orang Katolik terbunuh di provinsi Shandong dan Shanxi sebagai bagian dari pemberontakan. Dengan sloga Dukung Qing, hancurkan Bara, mereka terus beraksi

Pada 19 Jun 1900, Maharani secara langsung menyatakan dukunganya pada Pembrontakan Boxer. Pada hari itu juga Maharani memerintahkan pada orang -orang asing segera meninggalkan Beijing. Namun himbauan itu nyatanya tidak dihiraukan oleh orang-orang barat yang tinggal di Beijing. Setelah itu Maharani menyatakan perang pada 21 Jun 1900. Mereka pada awalnya meraih kemenangan dengan mengepung para pejabat perwakilan asing tetapi gagal menawannya. Meski begitu mereka berhasil membunuh membunuh duta besar Jerman, Von Ketterler dan Pegawai kedutaan Jepang bernama Sugiyama. 

Setelah mengetahui bahwa bangsa-bangsa barat yang ada di China sedang dikepung di Beijing maka Pada 15 gustus 1900, 19000 tentera asing yang merupakan tentara aliansi dari delapan negara sepertia Kekaisaran Jepang, Kekaisaran Rusia, Britania Raya, Perancis, Amerika Serikat, Kekaisaran Jerman, Kerajaan Italia, Austria-Hongaria dengan Komandan Edward Seymour dan Alfred Graf von Waldersee menyerang Beijing dan berhasil menguasai lagi kota tersebut.

Maharani Dowager Tzu Hsi kemudian melarikan diri ke Xian. Kemudian didakan perundingan untuk menghasilkan kesepakatan damai. Perwakilan dari China diwakili oleh Li Hung Chang dan Putera Kung dengan ketua perwakilan asing. Hasil dari perundingan tersebut dinamakan Protokol Boxer yang ditandatangani pada 7 September 1901.

Protokol Boxer ini mengakhiri pemberontakan dan mengenakan sanksi yang berat terhadap Dinasti Qing, sehingga sangat mempengaruhi kondisi politik, ekonomi, dan sosial pemerintah dan penduduk Cina pada saat itu. Pemerintahan tidak lagi dipercaya dan terjadi kenaikkan pajak yang besar untuk menutupi defisit keuangan akibat pembayaran utang menyebabkan Dinasti Qing semakin melemah dan akhirnya dijatuhkan melalui sebuah revolusi pada tahun 1911
 Pokok-Poko Isi Protokol Boxer antara lain
  • China harus meminta maaf secara resmi dari Kerajaan Jepang dan Kerajaan Jerman karena kematian Duta Besar mereka Sugiyama dan Von Ketterler.
  • Mereka yang terlibat dalam pemberontakan harus dihukum sesuai tingkat kesalahanya
  • China harus membayar ganti rugi sebanyak 450 juta taels yang harus diselesaikan selama kurun waktu 40 tahun.
  • China dilarang mengimport atau membuat senjata selama 2 tahun.
  • China setuju menjalankan semua perjanjian yang telah ditandatangani dengan penguasa-penguasa asing.
  • Para duta besar diizinkan menempatkan pasukan pengawal untuk menjaga keselamatan para pejabat kedutaan asing di Peking
  • Para duta besar asing mendapat keistimewaan tambahan seperti pajak dan lain-lain.
  • Para Duta Besar Asing diperbolehkan menduduki tempat-tempat strategik bagi menjamin keselamatan hubungan antara kedutaan di Peking dengan laut.
  • Para Duta Besar asing diizinkan menduduki tempat-tempat strategis di sepanjang jalan keretapi terutamanya di kawasan pantai.
  • Tugu Peringatan mesti didirikan di tempat orang-orang asing terbunuh.
  • Pejabat Hal Ehwal Luar atau Tsungli Tamen ditukar menjadi Kementerian Luar Negeri.



Pembrontakan Boxer di China
4/ 5
Oleh

Berlangganan via email

Suka dengan postingan di atas? Silakan berlangganan postingan terbaru langsung via email.